Lirik
1. Ku meninjau alam ciptaan Allah;
langit, bumi, dan semua isinya,Pusparagam, sungguh indah dan megah;
'nyatakan kuasa-Mu tak terhingga.
Koor:
Hatiku, rohku pujilah seg'ra.
Dikau ajaib! Dikau agung!
Suara pujian sampai selamanya.
Dikau ajaib! Dikau agung!
2. Saat 'ngecap kurnia ajaib nan megah,
terkenang Dikau utus Sang Putra.
Mati, bangkit, lahir ciptaan baru;
menyatakan hayat-Mu sepenuh.
3. Dalam sidang nikmat berkat sekutu,
'nampak S'rani penuhlah hayat-Mu.
Dibangunkan menjadi istana-Mu,
k'limpahan-Mu ternyata seluruh.
4. Saat tiba, harapanku terpenuh,
ku berbagian Yerusalem Baru.
Usang sirna, semua jadi baru,
genap nyata segala ada-Mu.
Mazmur 145:3
Besarlah TUHAN dan sangat terpuji,
dan kebesaran-Nya tidak terduga.
Link
Keterangan:
Pada musim panas 1934, seorang
misionaris Inggris berusia 34 tahun, melayani di sebuah wilayah terpencil di
Eropa Timur, bepergian dengan sepeda untuk memberitakan Injil dan membagikan
Alkitab di pegunungan Carpathian. Nama misionaris itu adalah Stuart K. Hine. Kidung
“Dikau Ajaib, Dikau Agung” merupakan hasil dari pengalamannya selama melayani
di daerah pegunungan itu.
Keterangan:
Pada musim panas 1934, seorang
misionaris Inggris berusia 34 tahun, melayani di sebuah wilayah terpencil di
Eropa Timur, bepergian dengan sepeda untuk memberitakan Injil dan membagikan
Alkitab di pegunungan Carpathian. Nama misionaris itu adalah Stuart K. Hine. Kidung
“Dikau Ajaib, Dikau Agung” merupakan hasil dari pengalamannya selama melayani
di daerah pegunungan itu.
Bait pertama dan
kedua sebagian terinspirasi dari kata-kata di kidung berbahasa Rusia gubahan
Prokhanoff, dan sebagian lagi dari keajaiban dan keindahan ciptaan Allah. Bait
ketiga terinspirasi dari kekaguman orang-orang desa akan keajaiban kasih Allah
yang diberitakan kepada mereka.
Pada tahun 1948,
kesedihan dan penderitaan para pengungsi dari Eropa Timur, terpisah dari
orang-orang yang mereka cintai, menginspirasi Stuart untuk menuliskan bait
keempat; suatu bait pengharapan. Kenneth Osbeck, seorang ahli himnologi,
berkata: “Kidung ini mengajarkan kita tiga kebenaran penting: keagungan ciptaan
Allah, keagungan penebusan Kristus, dan keagungan warisan kita di jaman yang
akan datang.”
Biografi Singkat Penulis:
Pada 20 Juni 1923,
Stuart menikah dengan Mercy Salmon dan tidak lama setelah hari pernikahan itu,
mereka pindah ke Polandia untuk memulai pelayanan rohani mereka di Eropa Timur
selama lebih dari 16 tahun. Pada bulan Juni 1934, Stuart bepergian sejauh 300
mil dengan sepeda mengunjungi penduduk yang bermukim di Pegunungan Carpathian.
Perjalanan itulah yang kemudian melahirkan kidung “Dikau Ajaib, Dikau Agung”.